Sabtu, 10 Juli 2010

Yang Lalu....

Liat-liat foto di facebook jadi inget masa-masa gelo di Bandung....
Hidup klo liat kebelakang mang bener-bener kerasa banget cepetnya, tapi klo liat ke masa depan berasa banget lamanya, seperti dikatakan salah satu sahabat satu kost gw "buseeettt v 4 taun lama amat ya, gw pengen cepet-cepet merriiiiitttt nehhh..". hhhahaha

Liat foto waktu zaman-zamannya pesantren, jadi inget masa-masa kabur dari kelas, pura-pura sakit di asrama gara-gara takut di tes Al- Baqarah.. Inget anak-anak asrama yang kelakuannya ga kaya santri, ngebanyol di asrama, nangis bareng, makan satu piring 4 orang. Korupsi telor dadar di bibi dapur, manyun klo belum di transfer duit, dihukum gara-gara ga ke masjid, and kumpulan klo da masalah besar di asrama. hahahahahhahah....
Dulu inget masalah ini kayanya pait bgt, tapi sekarang kangen bgt......

Liat foto waktu di Bandung juga, jd kangen banget ma kota nyang satu ini,,,,
Kota dimana gw ngabisin waktu full bareng ma temen-temen gila...... miss u all!!!!. Kangen masa-masa pake putih abu, kangen masa-masa manjat pager kosan, kangen masa-masa deg-degan waktu UAN, kangen masa-masa ngebaso gejrot sama temen-temen seperjuangan, yang ga akan bisa gw dapet lagi yang kaya kalian....
Kangen temen plus saudara satu kosan gw dulu.. kangen keluarga cicadas, antapani, and geger kalong.....

Liat foto keluarga, inget masa-masa ngumpul bareng, inget masa-masa semuanya masih utuh...
yang ini menyakitkan mending ga usah dibahas...

Sekarang go to Bogor vs Depok,,, semuanya ga kalah seru, temen-temen masa smp yang menyenangkan dan selalu abadi, temen kuliah yang gokil-gokil.... dosen baru...tempat nuntut ilmu baru...
Kereta api tercinta (terpaksa).....
Semua yang patut di syukuri... walau tidak tampak seindah dulu, tapi gw yakin, suatu saat nanti, gw akan merindukan masa-masa ini, seperti gw rindu masa lalu gw kaya sekarang ini ini.

Tuhan.....

Tuhan aku ingin kan cara yang cepat dan tepat...
Aku tak ingin selalu seperti ini. Aku ingin seperti mereka yang hidupnya cukup.
Aku marah bukan karena aku tak bersyukur. Tapi karena aku merasa yang ku syukuri, tidak seperti yang mereka syukuri.



Tuhan aku terima segala keterbatasan ini, tapi aku mohon, lebihkan sedikit jiwa ini. Jiwa yang buruk, jiwa yang serba kekurangan.
Mungkin tidak hari ini, mungkin esok, lusa atau mungkin detik terakhir ketika ku sudah benar-benar lelah dan putus asa.



Tuhan aku mencintaiMu, sangat mencintaiMu....
Aku ingin semua butiran kesalahan-kesalahan ini kau tahan dengan tangan muliaMu, lalu hamburkan satu demi satu saat aku berlaku benar.
Aku lemah dalam menghadapi semua kehidupan ini, maka aku pun tak dapat membayangkan bagaimana aku sanggup menerima resiko dalam perihnya hukumanMu...



Tuhan... aku sadari semua perih ini saat aku sendiri, dalam keegoisan ku bersujud padaMu.
Dalam matinya langkahku, aku baru berani mengungkapkan bahwa aku salah dengan rasa malu dan hina begitu besar dihadapanMu..

Jumat, 09 Juli 2010

DUA MENARA


Dua menara dihadapkan kepada ku.... ku pandangi dengan seksama....

Aku terbiasa akan masa lalu. Aku hanya takut pada kenyataan, tepatnya aku takut pada masa depan.
Kini semua terasa sangat membingungkan, karena pedoman hati telah luluh terurai bercampur air mata. Ketika mata ini berontak untuk terpejam aku mulai berlari kebawah alam sadar ku. Aku berangan- angan akan masa depan. Aku yakin Tuhan menunjukkan arti pada sebuah ciptaanNya. Walau hina seperti diriku.

Menara-menara itu perlahan mulai ku dekati....

"Ku sentuh menara disebelah kiriku....
Aku tersenyum dan mulai melantunkan sebuah sajak :
Tuhan telah mempertemukan ku dengan kesejukan ini,,
dengan kenyamanan disamping menara tua yang tampak megah ini
Aku bahagia dapat menyentuhmu....aku ingin terus begini.."

Lama aku terbuai dengan kedamaian ini, lalu aku tersontak dengan dentuman keras disamping ku, aku tertarik tawa keangkuhan itu,, aku berteriak tak ingin pergi. tapi mereka perusak hidupku berkata " kau tak punya kelebihan apa-apa, maka menjauhlah dari menara ini."
Aku menangis dan mulai terjatuh...
Mengapa aku tak berdaya, mengapa aku lemah?
Apa benar aku sehina yang mereka katakan?

Aku berjalan menuju menara di sebelah kananku. Aku berkaca disalah satu sudutnya, sekali lagi lubuk hatiku bertanya, benarkah apa yang mereka cemoohkan padaku?.
Sedikit demi sedikit aku mulai menyentuh menara ini, berharap aku dapat mendapatkannya, menara itu memberikan ku sebuah senyuman yang berarti.
Menara ini menerimaku,, aku merasa sangat bahagia, namun lagi-lagi aku terkejut, akan pernyataannya, dia hanya dapat memberikanku setengah harapannya. Artinya, dia bukan hanya milikku. Aku tercengang tidak dapat menerima. Tapi aku sudah lelah berlari. Aku pastikan dan aku yakinkan. Aku menerima setengah harapan itu, Aku tak bisa berbuat banyak dengan keadaan ku yang sekarat ini.

Aku tau suatu saat setengah harapan ini akan menjadi suatu yang utuh, yang hanya aku yang dapat mengendalikannya. Suatu hari aku akan kuat, aku akan tunjukan pada mereka yang menjatuhkanku. Aku tidak bodoh seperti yang mereka bicarakan. Aku adalah seorang wanita yang menjadikan tameng atas kekejian mereka. Akan ada malaikat yang menyentuhku, dan membawaku keluar dari semua angan-angan ini.