Senin, 10 Mei 2010

MENYELAM dan BERENANG di LAUT KASIH SAYANG

Di lautan nikmat
Dua makhluk terpisah
Yang satu tenggelam yang lain menyelam
Kau tahu apa bedanya?

Di lautan nikmat, seringkali kita tenggelam. Tanpa pelita penerang. Tanpa sinar cahaya yang membuat kita bisa menatap lekat keindahan, keunikan, keajaiban, dan pesona hidup. Bahkan tanpa alat pernafasan yang membuat kita megap-megap mengikuti air terminum yang rasanya pahit-pahit asin.

Pada selaman nikmat, kita benar-benar harus menyertakan alat-alat pendukung yang berkualitas tinggi. Menikmati panorama, mata ini harus terbuka dengan kacamata terindah yang dipilihkan oleh Allah dan RasullNya. Memandangi lukisan alam, kita perlu pencahayaan sempurna dari karuniaNya. Kita baru benar-benar jadi penikmat, ketika kita bersama ayat-ayat yang terang, beranjak dari kegelapan menuju cahaya, dan disanalah kasih sayangNya dirasa.

“ Dialah yang menurunkan kepada hambaNya ayat-ayat yang terang, agar Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan menuju cahaya. Dan sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadap terhadap kalian.”(AL HADID 9)

Jadilah engkau tahu. Banyak yang mengutuki kodrat, melaknati penciptaan diri, dan sensitif mendengar kata beda. Mereka belum mengenakan peralatan selam yang benar, mengutuki kegelapan tanpa pelita, tanpa cahaya, dan tanpa kitab yang menerangi.
Wahai Rabbku, tiadalah Engkau ciptakan semua ini dengan sia sia.. Karena Engkau sayang padaku…



Sumber : Potret Indah Wanita Penghuni Surga, DR. Akram Ridha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar